nabi bukan anak nabi

“Dan ketika Kami mengambil perjanjian dan para nabi dan engkau (Muhammad) dan dari Nuh dan Ibrahim dan Musa dan Isa anak Maryam.
Dan Kami telah ambil dari mereka perjanjian yang teguh”.
(Q. S. Al Alizaal, [33]: 7)

Kita mengenal lima nabi ungulan yang digelari ulul ‘azmi. Mereka adalah para nabi yang luar biasa sabar dan telah menghadapi tugas dan ujian yang berat. Istilah ulul ‘azmi tercantum dalam Surat Al Ahqaaf (46) ayat 35, “Bersabarlah seperti sabarnya rasul-rasul ulul ‘azmi.” Dalam Surat Al Ahzab (33) ayat 7 dan Surat Asy-Syuraa (42) ayat 13, Allah menyebutkan naina-nama mereka secara eksplisit, yakni Nabi Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Isa a.s., dan Muhammad Saw. Anehnya, mereka semua bukan anak Nabi.

Menurut Ibnu Katsir dalam kitab Qishashul Anbiya’, Nabi Nuh a.s. adalah anak seorang biasa yang bemama Lamak bin Mutawasylih. Nabi Musa a.s. adaIah anak Imran bin Qaits. Menurut Ibnu ‘Asakir, Nabi Ibrahim a.s. adalah anak pembuat patting berhala yang bemama Azar bin Nakhur. Nabi Isa a.s. malah tidaic punya ayah, sehingga disebut Isa putra Maryam. Ayah Nabi Muhammad Saw. adalah Abdullah bin Abdul Muthalib, pedagang muda Mekah yang meninggal di perjalanan sewaktu Muhammad masih dalam kandungan ibunya.

Tentu saja akan berbeda seorang nabi yang merupakan anak nabi dan yang bukan. Seorang nabi yang berayah nabi, sejak kecil sudah terdidik dalam keluarg saleh. Mereka mengalami suasana yang sehari-harinya orang menghormati ayah mereka dan meminta petunjuk. Ketika tugas itu diwariskan, mestinya mereka tidak terlalu sulit melanjutkan. Nabi Sulaiman merupakan anak dan Nabi Daud, Nabi Ishak merupakan anak dari Nabi Ibrahim. Tetapi nabi yang bukan anak nabi harus berjuang lebih keras menyampaikan risalah Tuhan. Karenanya, pantas Allah memberi penilaian lebih bagi jerih payah mereka. Mereka berkarya tanpa bekal dan perlindungan nama besar orangtua. Mungkin prinsip bahwa manusia harus diberi peluang yang sama untuk mencapai puncak prestasi itulah yang diinginkah Allah Swt. Sehingga, Dia contohkan lima orang nabi unggulan justru yang bukan anak nabi.

Walhasil, raja yang anak raja, presiden yang anak presiden, dokter yang anak dokter, jenderal yang anak jenderal, direktur yang anak direktur, kiai yang anak kiai, itu bukan prestasi mengagumkan menurut prinsip ulul ‘azmi. Kalaupun menang di garis finish, itu karena mereka start Iebih dulu dengan fasilitas. Prinsip Islam adalah menghapus segala ketidakadilan di garis start. Penerapan konsep ulul ‘azmi di masyarakat akan membesarkan semangat anak-anak orang biasa, mereka pun sebetulnya bisa menjadi nomor satu bila perlakuan istimewa bagi segelintir anak-anak yang beruntung dihapus. Negeri yang dijiwai oleh Syariat Islam ialah negeri yang berusaha sekuat tenaga menghapus segala kesenjangan lebar kaya-miskin, pejabat-rakyat, bukan membiarkannya terserah kepada kekuatan pasar.

Setiap orang harus dimungkinkan mencapai posisi dan jabatan apa pun sesuai keahlian atau yang disebut meritokrasi. Mereka yang sudah diberi nikmat, cara mensyukurinya tidak cukup hanya dengan mengamankan anak-anaknya sendiri, tetapi juga harus melakukan pemerataan kesempatan bagi anak-anak orang lain.

Ketika Umar bin Khattab r.a. menghadapi kematiannya setelah ditusuk sewaktu Shalat Subuh oleh Ibnu Maijarnan, dibahaslah siapa yang harus menggantikannya menjadi khalifah. Waktu nama Abdullah bin Umar, anaknya, diusulkan sebagai calon, dia menolak keras dan berkata, “Cukup satu orang saja dari keluarga Umar yang akan dituntut Allah dalam urusan berat ini.” Para sahabat lalu berdalih bahwa putranya itu adalah seorang yang takwa dan adil, apakah hanya karena anak khalifah dia tidak boleh menjadi khalifah? Jawab Umar adalah, “Yang takwa dan adil masih banyak, bukan hanya keluarga Umar”

Naluri setiap orang memang membela anaknya dan mendahulukan kesempatan baginya, tetapi negara harus mengatur sehingga tidak timbul kecemburuan sosial. Artinya, negara ideal adalah di mana setiap anak punya peluang sama untuk belajar apa pun sampai setinggi-tingginya. Setiap orang punya akses yang sama untuk modal usaha atau berdagang. Setiap orang mempunyai informasi yang sama akan setiap peluang. Yang menentukan sukses tidaknya masing-masing orang adalah malas atau rajin, jujur atau curang. lamban atau gesit. Bukan karena anaknya siapa atau uangnya berapa. Nanti bila start sudah sama, semangat berlomba untuk kebaikan akan semakin berkobar. Fastahiqul khairat.

source by “126 Mukjizat Sains”

mudah mudahan bacaan ini dapt bermanfaat bagi pembaca untuk menhadapi pemilu-pemilu di negeri kita

Pecandu, wanita, harapan, dan cita-cita

Pewaris kerajaan keluarga kini telah tiada,.
Bukan tentang ku,,,,
tapi tentang seseorang yang benar-benar telah tiada.
Konseb pemikiran untuk merahi cita-cita telah tenggelam,
dibutahkan tentang konseb cinta kepada seorang pujangga hati.

Seorang jenius yang hilang logika karena hilangnya separuh jiwanya.
Tergantikan dengan wanita lain tanpa hati, alcohol dan narkoba.
Hilang satu, tumbuh seribu wanita tanpa jiwa tergantikan.
Terjebak antara rasa sakit dan hidup

AKU mengobati rasa sakit ini dengan drugs, aneh bukan.
AKU yang sudah tahu tentang bahaya itu malah menggunakannya.
Entah ku yang tak waras atau memang semua ini tak sengaja.
Semua datang begitu cepat hingga sholat saja ku tak sempat.

Hari pertama, kedua ,ketiga
Minggu pertama, kedua, ketiga
Bulan pertama, kedua, ketiga
Tahun pertama, kedua, ketiga
Sekarang 2 pil, 3 pil, 4 pil ku konsumsi
Ditambah sebotol vodka disamping gadisku yang baru.
Tapi, rasa sakit ini tak pernah hilang dari KU

Cepat, cepat sekali.
Malam itu KU makan 2 pil dan sebotol vodka.
Tiba-tiba dada ini terasa sakit, sakit, sakit yang membuat sesak dadaKU
Padahal baru 2 pill, biasanya makan sampai 4 pil.
Kemudian gadisKU membawa KU pulang,,,,
Yah pulang, benar-benar pulang

Tapi tak sempat ku bertemu ibuku, adikku, apalagi ayah ku.
Rasa sakit didada karena keracunan, Tak bias q tahan lagi .
yah memang,,,Ku benar-benar keracunan alcohol .
Ku tak sempat minta maaf karena tak bisa meneruskan kerajaan keluarga.
Kejayaan yang dibangun, q tak sempat meneruskannya

AKU mati dipangkuan gadisku menuju rumah sakit

(mudah-mudahan ceritanya membawa kebaikan untuk orang yang lain, dia yang telah tiada meninggalkan semuanya)